Selasa, 27 Mei 2008
Sajak Dodik Kristianto
ia akan lewat, tepat jam 12 malam
dengan kuda yang kugambar dari tamasyaku
tapaknya masih mengambang dipadang hijau
sampai dicurinya sepatu di kakiku,
jantung kami seperti mayat menyatu
pada satu kesempatan, barangkali
kudapati keretakereta itu berlari
menghentikan mimpi
dan rumput yang kering sendiri
2008
Menara Gading
-Octavio Paz
di depan sergapan puisimu, aku akan bersiap
memasukimu, mengitari halaman yang telah
memecahku, mencuri kilatan bayanganku
aku terpesona gerimis yang melindungimu
jalanku kau buka, batubatu kau remukkan
agar aku mampu berguru pada bahasa luka
seperti nasib milikku tumpah dalam
gelas kristal bianglala. tapi seperti perasaan
kanakku yang ingin tahu, ada jutaan kota
berkerak di mesin pikirmu
sebelum akhirnya kau padatkan di dunia kelam
kau masuk pada puisi. dahagaku kau gubah
jadi kebahagiaan
hikmatilah, sebab wajahmu kusentuh perlahan
lalu hilang di antara daratan bulan
seperti kumimpikan tubuhku berbaring
dan masa laluku melayang di depanmu
2008
Dody Kristianto, lahir di Surabaya, 3 April 1986. masih berkuliah pada Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Surabaya. Menulis puisi, cerpen dan sedikit geguritan. Karya-karyanya lebih banyak terpublikasi pada jurnal independen dan media online. Beberapa puisinya juga terangkum dalam beberapa antologi, seperti Eksekusi Kata (2006), Surealisme Cinta (2007) Kemayaan dan Kenyataan (2007). Duka Muara (antologi bersama KRS 2008) Bergiat pada Komunitas Rabo Sore (KRS) dan dipercaya sebagai redaktur Jurnal Rabo Sore. Saat ini tinggal di Sidoarjo.
Minggu, 25 Mei 2008
PUISI M. Ashif Hasanuddin
Bulan Sipit
bulan sipit itu, seraya berlari dalam fantasiku,
mengejar waktu yang terbentur dengan malam keenam
aku tak siuman olehnya, malah menikmati
separu wajahnya lewat sela-sela daun palam
sayup-sayup terdengar suara lirih membisik telinga
agar aku membuka gelaran sajadah malam
untuk menimbah air lebih banyak
karena bulan sipit bertanda bahwa;
malam ini masih muda,
masih muda…
Surabaya, 29 September 2006
Ponten tanpa Pintu
: ira
aku baru saja mengukur jalan yang melengkung sedikit
di mana, disampingku teknologi mengalir deras di atas karet berulang kali
disana, disaat sepatu dan kaki terlempar bersama-sama
dipinggir tembok yang berjejer gambar telanjang itu
taufan agak santer menembak pada bagian muka dengan seni-seni sengat
separuh jalan telah usai ku tempuh
tahu-tahu langit bukan lagi lautan melainkan
sepatu perajurit bersemir kilat memahat dengan air di kepala
yang menambah aroma baru. serta menggilakan alat bicara
“kelamin jantan tak berpendidikan”
baru 5 menit matahari kembali telanjang
aku tinggalkan tempat berteduh menuju perhubungan
: ponten tanpa pintu adalah perjamuan pertama mataku
apakah 500 rupiah kau tak punya?
padahal lebih aman, bersih tanpa polusi
Surabaya, 14 Mei 2007
M.A. HASANUDDIN Lahir di Gresik, 29 Maret 1987. Kini tercatat sebagai Mahasiswa Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, UNESA. Sekarang dipercaya sebagai ketua Komunitas Rabo Sore (KRS) hingga 2009.