Mimpi Lebah
Aku masih mengingat
wajahmu saat membelah
gelisah sunyi di tempat orang orang
mengumpulkan harap.
Mula mula kau berkisah tentang kenari
yang sayapnya patah dipukul
riuh kering tawa anak anak,
hingga gambar bunga di kamarmu
yang dihinggapi mimpi lebah
agar ia bisa berhenti menyusu matahari
sebab ia ingin menjadi biru, biru,
setelah itu kau pun pergi
dihantar angin nakal yang kerap
menggodamu
dan aku kembali mematung
seperti tidurmu
di siang dengung
(2007)
Pengantin Bulan
Aku begitu malu
pada tubuhku yang tak lagi
ditumbuhi sungai
sebab anak anak kemarau
telah memeluk pundakku
aku lihat november telah memilih
hujan sebagai kekasihnya
seperti pengantin bulan
yang berjalan
di taman perawan
aku pun tak tega
mengusik musik percintaan mereka
dengan ceracau dan rindu,
mungkin,
aku sekarang tak lebih
seperti patung usang
yang mendiami lengan penyair biru.
(2007)
Hulu Cemas
Bumi menjadi ladang
air tak pernah henti
tumbuh di satu sisi,
kemudian kawin
beranak di seluruh tepi.
Jika saja kayangan runtuh
maka tanah inipun
akan menjadi hulu cemasku
sebab disana juga ada sungai
yang mengalirkan dosa
orang orang yang nuraninya terbelah
jauh dari tubuh:
Maka masihkah ada Nuh ?
(2007)
Arif Rahman Asydiqi lahir di Surabaya 24 November 1986. Mahasiswa Sastra Jepang, Universitas Negeri Surabaya, (Unesa). Bergiat di Komunitas Rabo Sore (KRS) dan Teater Institut. Puisinya mengisi media kampus, jurnal Poros Sastra Timur, koran surya, juga terkumpul dalam antologi Komunitas Rabo Sore Jilid II"Duka Muara" Sekarang bermukim di jl. Jend. Sutoyo 17A 61256 Waru Sidoarjo
Kamis, 05 Juni 2008
Langganan:
Postingan (Atom)